Friday, December 7, 2012

Life of Pi Review by iRenk



Waktu pertama melihat trailer film berjudul Life of Pi  awalnya saya kira hanya kisah adaptasi novel fantasi belaka yang sedang gandrung di kerjakan studio-studio besar di hollywood. Berdasarkan novel karya Yann Martel, kaget saja saya saat melihat nama Ang Lee bertugas sebagai sutradara film ini. Anehnya lagi saat melihat jajaran nama-nama aktor dan aktris seperti Suraj Sharma, Irrfan Khan, Adil Hussain, Tabu, Rafe Spall dan Gerard Depardieu bukan nama yang cukup familiar di telinga kita. Mungkin hanya Irrfan Khan saja yang saya tahu karena sering unjuk muka di film hollywood seperti Amazing Spider-man atau drama kaliber oscar Slumdog Millionaire. Namun jika anda dapat memberi peluang dan menaruh kepercayaan pada sutradara peraih oscar, anda akan mengalami pengalaman cerita yang di tulis indah tentang survival, penemuan jati diri, arti kemenangan dari jiwa manusia dan pencarian arti kehidupan. Semua di bungkus dengan narasi mondar-mandir yang di dalamnya terdapat spesial efek mengagumkan serta penggunaan dimensi tambahan pada teknologi 3D yang bisa dikatakan terpuji (didukung penuh oleh si penggagas 3D nya sendiri yaitu James Cameron dan Vincent Pace).


Sementara materi penjualan film ini terfokus pada segi-segi eksotik dari pencitraan film dan ceritanya yang mengagumkan, filmnya sendiri merupakan pengalaman yang lebih luas. Film dibuka panjang dan lama dengan urutan nama-nama yang terlibat dibalik film, terdengar membosankan memang tapi kita disuguhi bermacam-macam hewan yang bakal terlibat di dalamnya sambil membangun image dengan tekstur kaya akan warna-warni dan jernih yang akan ditunjukkan Lee sepanjang film (sangat terlihat kehebatan dari kamera Arri Alexa, dengan lensa Zeiss Master Prime), pewarnaan tersebut menciptakan efek situasi sejuk dan damai untuk dinikmati penonton. Buat saya sangat menyegarkan saat nyaman dengan kondisi ini, karena tidak banyak film akhir-akhir ini  yang bisa mengajak penonton santai di awal film, bahkan momen-momen seperti ini bisa saya rasakan banyak tersempil di alur cerita sampai penghujung film.

Thursday, November 8, 2012

Skyfall Review by iRenk



This is My First Blog. So, maklumkan saja kalau cara saya bertutur sangat kacau. Saya akui saya bukan jurnalis, saya masih butuh feedback dari teman-teman yang membaca bahasan ini. Kalau mau memberi saran atau pertanyaan, tinggal kan di kolom komentar di bawah. Saya menulis blog karena dorongan istri dan teman saya, yang mungkin lelah mendengar ocehan saya, hehe. langsung saja yah..


"Someone usually dies". Quote itu di sampaikan James Bond (Daniel Craig) saat Severine (Bérénice Marlohe) dengan rasa putus asa yang tersembunyi dibalik kedoknya meminta bantuan pada Bond. Menurut saya, candaan tersebut memiliki makna lebih dari sekedar pertemuan good guy, bad guy belaka, yaitu sindiran atau juga gebrakan terhadap film-film Bond sebelumnya. Well, ini Bond baru, brutal, dan sadis jadi sah-sah saja kalau Skyfall ditulis dan difilmkan berbeda dari film-film Bond sebelum Casino Royale (2006).

Memang pencitraan Bond yang baru sudah dibuat pondasinya sejak Casino Royale, terima kasih kepada  atas penyutradaraan yang brilian kalau tidak bisa dibilang sempurna. Namun sehabis saya melihat kegagalan  Quantum Of Solace dari segi cerita membuat saya sedikit khawatir akan tingkat kesuksesan yang akan dialami film Bond selanjutnya. Kemudian saat Sony Pictures mengumumkan bahwa film Bond yang ke- 23 akan disutradarai oleh Sam Mendes, saya tahu bakal bagus pada akhirnya. Kasih saja script yang bagus pada Sam Mendes dia akan mencengangkan kamu, kasih script jelek jadinya Revolutionary Road. Track record dari film-film yang dibuat Mendes sebelumnya memang jago dalam mengupas sisi baik dan buruk dalam seseorang, tidak peduli dia adalah seorang pegawai biasa ataupun seorang agen rahasia yang notabene adalah seorang yang tangguh dan siap menghadapi yang terburuk.
Martin Campbell

Skyfall mengorek dosa-dosa masa lalu M (Judi Dench), Mendes berhasil menunjukkan true nature dari seorang kepala MI6. Keputusan-keputusan nya yang mementingkan kepentingan negara dari balik meja memang tidak ada apa-apanya dibanding kan dengan keputusan seorang agen yang bekerja mempertaruhkan nyawa di lapangan. Keputusan M untuk memerintahkan seorang agen baru yang diperankan oleh Naomie Harris mengakibatkan kegagalan misi karena tertembaknya Bond pada saat memperebutkan sebuah flashdrive yang berisi daftar nama-nama agen yang sedang menyamar dalam organisasi teroris dunia. Memang penting untuk memikirkan keberhasilan sebuah misi tapi apa harus mempertaruhkan nyawa seorang agen 00 pada seorang agen baru yang belum cukup berpengalaman. Keputusan tersebut membuat Bond mempertanyakan keloyalan dia terhadap MI6, negaranya sendiri pada tangan M.